KabarSunda.com- Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024 belum ditentukan pemenangnya, namun dari hasil rekapitulasi suara tingkat KPUD Kota pasangan Pramono Anung-Rano Karno memperoleh suara 50,07 persen.
Ini artinya Pilgub Jakarta 2024 hanya akan berlangsung satu putaran, dan dipastikan pasangan Ridwan Kamil (RK) dan Suswono kalah dari Pramono-Rano.
Gagalnya RK menjadi Gubernur Jakarta membuat sejumlah pihak bertanya-tanya terkait masa depan politik mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) tersebut.
Sebagai sosok yang popular, bahkan pernah masuk bursa calon wakil presiden dengan elektabilitas tertinggi, RK tentu membutuhkan ‘kendaraan’ agar namanya tetap terdengar.
Hanya saja ruang politik yang dimiliki RK saat ini yaitu menjadi kepala daerah harus pupus.
Padahal, jika RK kembali maju di Pilgub Jabar untuk periode kedua ia memiliki modal elektabilitas tertinggi dari calon lainnya.
Elektabilitas RK bahkan mengalahkan Dedi Mulyadi yang saat ini dinyatakan sebagai pemenangan Pilgub Jabar 2024.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Meninggalkan Jabar dan memilih bertarung di Pilgub Jakarta 2024 dengan mengendari 12 partai politik dan mendapat dukungan dari Prabowo dan Jokowi pun tak bisa jadi jaminan RK menang. Kini, RK diperhadapkan dengan kenyataan di depan mata, ia bakal menjadi politisi pengangguran.
Berharap lewat Mahkamah Konstitusi, RK dan Suswono bisa mendapatkan keadilan di Pilkada Jakarta.
Sementara itu, Partai Gerindra juga menyatakan akan mengajukan gugatan perselisihan hasil Pilkada Jakarta 2024 ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Gerindra mengambil sikap lebih awal meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta belum menetapkan hasil rekapitulasi suara.
Sikap tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang digelar Tim Lembaga Advokasi Partai Gerindra di Jakarta, Sabtu (7/12/2024) sore.
Gugatan ke MK dilayangkan Gerindra karena menemukan 167 kasus surat undangan pemungutan suara atau C6 tidak terdistribusi dan 80 laporan mereka ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tidak ditanggapi.
Langkah Gerindra yang tiba-tiba itu menarik perhatian publik karena sehari sebelumnya, yakni Jumat (6/12/2024) malam, mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menemui Presiden Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum Partai Gerindra di rumah Kertanegara, Jakarta Selatan.
Pengamat politik, Ray Rangkuti mengaku tidak bisa memastikan ada hubungan atau tidak antara pertemuan Jokowi-Prabowo dan sikap Gerindra atas hasil Pilkada Jakarta.
“Tentu saya tidak tahu persis (ada hubungan atau tidak), tetapi pada akhirnya Gerindra membulatkan tekad melakukan gugatan (hasil Pilkada Jakarta), itulah yang terlihat,” kata Ray Rangkuti.
Terlepas dari ada hubungan atau tidak, kata Ray Rangkuti, sikap Gerindra yang akan mengajukan gugatan Pilkada Jakarta tidak sesuai dengan apa yang selama ini disampaikan Jokowi.
Saat berkunjung ke Medan, Sumatera Utara, Jumat, 29 November 2024, Jokowi berpesan kepada pemenang Pilkada harus rendah hati, sementara yang kalah bisa mencoba lagi 5 tahun mendatang.
“Kalau begini kan, (pesan itu) berarti hanya berlaku bagi yang dikalahkan KIM (Koalisi Indonesia Maju).
Kalau KIM yang kalah mengajukan gugatan,” kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) ini. Ray mengaku menghormati langkah Gerindra menggugat hasil Pilkada 2024 sebagai bagian dari mencari kebenaran.
Namun ia melihat hasil Pilkada Jakarta akan sulit digugat karena selisih perolehan suara antara pasangan Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono sangat besar, sekitar 10 persen.