Sampah Bandung Dibuang ke Garut, Dapat Kiriman 200 Ton Per Hari

Kapasitas TPA Pasir Bajing masih mencukupi untuk menerima 200 ton sampah dari Kota Bandung setiap hari.

KabarSunda.com- Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat tidak lagi mampu menampung sampah dari kawasan Bandung Raya. Situasi ini menyebabkan darurat sampah di penghujung 2024.

Sebagai solusi sementara, sebagian sampah dari Bandung Raya kini dialihkan ke TPA Pasir Bajing di Garut.

Sebanyak 200 ton sampah per hari diangkut ke TPA ini menggunakan 15 truk dengan kapasitas maksimal 24 ton.

Kerja sama ini dilakukan oleh Pemkot Bandung dan Pemkab Garut sejak 14 Desember 2024 untuk jangka waktu tiga bulan.

“Kami hanya bekerjasama dengan Pemkot Bandung, bukan yang lain,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut, Jujun Juansyah, Senin (30/12/2024).

Menurut Jujun, awalnya Pemkab Garut sempat menolak permintaan dari Pemkot Bandung.

Namun, hasil kajian menunjukkan TPA Pasir Bajing masih mampu menampung sampah hingga 1,1 juta kubik.

Pertimbangan kemanusiaan juga menjadi alasan keputusan ini.

“Secara teknis, kapasitas TPA Pasir Bajing masih mencukupi untuk menerima 200 ton sampah dari Kota Bandung setiap hari, selain 230 ton sampah dari Garut,” jelasnya.

Pemkab Garut menerima kompensasi dari Pemkot Bandung berupa penataan akses jalan, pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU), serta kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi sampah.

“Kami menyarankan pembuangan dilakukan pada malam hari, mulai pukul 12 malam hingga 3 pagi, agar tidak mengganggu lalu lintas,” tambah Jujun.

Kerjasama ini hanya berlaku selama tiga bulan. Meski demikian, masyarakat sekitar TPA Pasir Bajing telah mendapatkan sosialisasi mengenai adanya sampah dari Kota Bandung.

Namun, kerjasama ini sempat memicu pertanyaan dari DPRD Garut. DPRD meminta kerjasama tersebut dievaluasi dan bahkan dihentikan jika diperlukan.

“Sepengetahuan saya, jika tidak menyangkut barang negara, persetujuan DPRD tidak diperlukan. Tapi, kami tetap akan mengevaluasi program ini,” ujar Jujun.

Evaluasi akan dilakukan untuk memastikan kelanjutan kerjasama tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat atau lingkungan sekitar.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *