KabarSunda- Sekda Pemprov Jabar, Herman Suryatman mengatakan, perangkat daerah ingin mendapatkan penjelasan dari Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi terkait efisiensi pada hal-hal yang bersifat seremonial.
Terutama kegiatan atau rapat di luar kantor, misalnya di hotel.
“Sementara ini kita tunda untuk kegiatan semacam itu. Kita fokuskan untuk belanja yang lebih penting dulu,” jawab Dedi kepada Herman pada unggahan di akun YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Selasa, 4 Februari 2025.
Dedi meminta Sekda untuk menghapus anggaran untuk kegiatan seremonial. Termasuk kegiatan seremonial gubernur.
“Sudahlah, enggak usah (ada kegiatan seremonial),” jelas Dedi.
Dia mencontohkan, jangan sampai terjadi kegiatan seremonial penanaman pohon menghabiskan biaya Rp 500 juta.
Sedangkan biaya membeli bibit hingga nanam pohon hanya Rp 70 juta.
“Jangan ada,” tegas Dedi.
Dia meminta semua pihak fokus pada tujuan utama.
Dedi mencontohkan, kalau menanam padi harus fokus pada penanaman padi bukan upacaranya.
Bagi Dedi, datang sendiri ke acara peresmian dengan mengendarai sepeda motor pun bisa dilakukan.
“Datang memakai sepeda motor, sendirian, lalu peresmian. Apa susahnya sih. Lebih murah. Lalu makan pakai nasi timbel, sudah selesai,” jelasnya.
Contoh lain, sebut Dedi, saat peresmian sekolah. Pejabat tinggal datang ke lokasi lalu gunting pita.
“Enggak usah pasang tenda segala. Datang, ngobrol, selesai sudah. Lebih enak,” katanya.
Dedi melanjutkan, bisa saja acara peresmian digabung.
Melalui zoom meeting, ia meresmikan secara serentak dari Gedung Pakuan
“Kita ada teknologi digital, sudah zoom meeting saja. Ngapain sering diundang, dikumpulin. Kalau zoom kan stay di kantor masing-masing. Perintah tinggal dilaksanakan. Ngapain harus kumpul lagi,” jelas Dedi.
Meski demikian, dia tidak melarang acara seremonial yang mengumpulkan orang.
Dedi mempersilakan berkumpul asal tidak memakan biaya.
“Saya beberapa kali undang bupati ke sini (Lembur Pakuan), kan murah. Saya juga bisa bayar. Enggak mahal,” kata dia.
Acara menjadi mahal ketika dibuat perencanaan.
“Kegiatan jumlah peserta sekian, makan nasi boks Rp 75.000 dikali sekian, kan jadi mahal,” ujarnya.
Menurut Dedi, pertemuan itu tidak perlu memakai anggaran dari APBD.
“Cukup ngaliwet bareng (masak dan makan liwet bersama),” kata dia.