Biro Iklan Sudah Ada yang Tutup, Berikut Agensi yang Diduga Terlilit Kasus Korupsi Bank BJB

Sejumlah agensi atau biro iklan Bank Bjb yang disebut menerima aliran dana iklan yang tidak melalui proses pelelangan memilih bungkam dan tidak bisa ditemui.

KabarSunda.com- Sejumlah agensi atau biro iklan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bjb) yang disebut menerima aliran dana iklan yang tidak melalui proses pelelangan memilih bungkam dan tidak bisa ditemui.

Bahkan, salah satu kantor agensi iklan Bjb, PT CKM, sudah tutup.

Kantor CKM yang terletak di kawasan Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Banteng), Kota Bandung, itu terlihat sepi.

Plang nama biro yang ada di kantor itu sudah tidak ada.

Begitu juga plang nama-nama media cetak sudah tidak terpasang.

Pagar kantor juga tertutup rapat.

Tidak ada yang bisa ditemui lagi di kantor tersebut. Seorang warga setempat mengaku, kantor CKM sudah lama kosong.

Tidak ada juga keterangan pindah, bila kantor tersebut berpindah ke tempat lain.

“Kantor ini (CKM, red) sudah lama tidak ada aktifias,” ujar warga yang juga seorang tukang parkir tak jauh dari kantor CKM ini.

Namun, dalam Google Map, perusahaan yang bergerak di bidang periklanan dan pemasaran masih tercantum.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT CKM menerima anggaran pembiayaan iklan Bjb sejak 2021 hingga 2023.

Pada 2021 CKM menerima Rp 9,9 miliar lebih. untuk media cetak tahun 2021 sebesar Rp 13,6 miliar lebih dan media digital tahun 2022-2023 sebesar Rp 59,9 miliar lebih.

Setelah dari PT CKM, KabarSunda.com mendatangi kantor PT WSBE yang terletak di kawasan Jalan Soekarno Hatta, Kiaracondong, Kota Bandung.

Hanya saja, tidak ada yang bisa ditemui di kantor tersebut. Baik direktur maupun wakil direktur tidak berada di kantor.

Direkturnya sedang berada di Cirebon, sementara wakil direktur di Jakarta.

PT WSBE sendiri menerima pembelanjaan iklan Bjb untuk media cetak tahun 2021-2023 sebesar Rp 32,9 miliar lebih dan untuk media digital tahun 2021-2022 sebesar Rp 8,3 miliar.

Front office di kantor PT WSBE mengatakan, direktur yang lama sudah diganti dengan orang baru.

Daftar Agensi Iklan yang Diduga Terlibat dalam Kasus Bank BJB

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu BPK yang terbit pada 6 Maret 2024, disebutkan bahwa Bank BJB menggandeng enam perusahaan agensi sebagai perantara dengan perusahaan media.

Keenam perusahaan itu adalah PT Cipta Karya Sukses Bersama (CKSB), PT Cipta Karya Mandiri Bersama (CKMB), PT Antedja Muliatama (AM), PT Cakrawala Kreasi Mandiri (CKM), PT Wahana Semesta Bandung Ekspres (WSBE), dan PT BSC Advertising.

Keenam agensi itu berperan menempatkan iklan sesuai dengan perencanaan yang disepakati.

Mereka mendapat keuntungan berdasarkan persentase tertentu dari iklan yang sudah tayang.

Sepanjang 2021-2023, PT CKSB dan PT CKMB masing-masing memegang proyek iklan Bank BJB untuk stasiun televisi dan media online.

PT AM dan PT WSBE mengurus iklan media cetak, sementara PT CKM dan PT BSC menjadi agensi untuk media online.

Masalah muncul lantaran keenam perusahaan mendapatkan proyek tersebut lewat mekanisme pengadaan, pemilihan, dan penunjukan langsung.

Padahal Surat Keputusan Direksi Nomor 0387 tentang Standar Operasional Prosedur Pengadaan Barang/Jasa Bank BJB mengatur mekanisme tersebut hanya berlaku untuk paket pekerjaan dengan nilai di bawah Rp 1 miliar. Kontrak pekerjaan di atas Rp 1 miliar harus dilaksanakan lewat tender.

Wakil Ketua KPK, Fitroh Rohcahyanto menyatakan, pihaknya telah mengantongi perhitungan kerugian negara dalam kasus korupsi Bank BJB ini.

Meski enggan menyebutkan angka pastinya, Fitroh menyatakan nilainya mencapai ratusan miliar.

“Ratusan miliar,” kata Fitroh, Selasa, 11 Maret 2025.

Berikur profil agensi iklan yang digandeng Bank BJB:

PT Cipta Karya Mandiri Bersama

PT Cipta Karya Mandiri Bersama merupakan perusahaan yang memiliki modal disetor sebesar Rp 10,1 miliar dan berlokasi di Kompleks P dan K, Cirendeu, Tangerang Selatan, Banten.

Perusahaan ini dimiliki oleh dua pemegang saham utama, yaitu Raden Sophan Jaya Kusuma dengan kepemilikan 7.575 lembar saham dan Dwita Febrina yang memiliki 2.525 lembar saham.

PT Cipta Karya Sukses Bersama

Agensi ini memiliki modal disetor sebesar Rp 10,1 miliar dan berkantor di Jalan Karang Tengah Raya, Cilandak, Jakarta Selatan.

Struktur kepemilikan saham perusahaan ini terdiri dari Raden Sophan Jaya Kusuma yang menguasai 9.090 lembar saham, sementara dua pemegang saham lainnya, yaitu Wulan Indri Savitri dan Dwita Febrina, masing-masing memiliki 505 lembar saham.

PT Antedja Muliatama

Perusahaan beralamat di Jalan Taman Siswa, Kota Bandung, Jawa Barat ini memiliki modal disetor sebesar Rp 250 juta.

PT Antedja Muliatama dimiliki oleh dua pemegang saham, yaitu Vania Ariniputri dan Shinta Lestari, yang masing-masing memiliki 125 lembar saham.

PT BSC Advertising

PT BSC Advertising merupakan perusahaan yang bergerak di bidang periklanan dengan modal disetor sebesar Rp 500 juta.

Kantornya berlokasi di Jalan Kompleks Lembah Bajuri, Sukasari, Kota Bandung.

Terdapat tiga pemegang saham dalam perusahaan ini, yaitu Hadi Soepomo yang memiliki 250 lembar saham, Budhi Hadisyahputra dengan kepemilikan 125 lembar saham, serta Rosmalawaty yang juga memiliki 125 lembar saham.

PT Cakrawala Kreasi Mandiri

Memiliki modal disetor sebesar Rp 170 juta, agensi iklan ini beralamat di Jalan KH Ahmad Dahlan, Kota Bandung.

Kepemilikan saham perusahaan ini terbagi antara tiga pemegang saham, yaitu Diah Permatasari dengan 68 lembar saham, serta Ida Farida Diansih dan Kin Asikin Dulmanan yang masing-masing memiliki 51 lembar saham.

PT Wahana Semesta Bandung Ekspres

PT Wahana Semesta Bandung Ekspres memiliki modal disetor sebesar Rp 1 miliar dan berkantor di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung.

Struktur kepemilikan saham perusahaan ini terdiri dari PT Wahana Semesta Merdeka sebagai pemegang saham mayoritas dengan 530 lembar saham.

Sementara itu, Muhammad Alwi Hamu memiliki 120 lembar saham, dan Dwi Nurmawan, Lukman Setiawan, serta Yanto masing-masing menguasai 60 lembar saham.

Selain itu, Priyo Susilo dan Suparno Wonokromo masing-masing memiliki 50 lembar saham, sedangkan Eko Suprihatmoko memiliki 20 lembar saham.