8 Titik Terdampak Bencana di Kota Bandung, Banjir Terjadi Sejak 1990

Salah satu dinding rumah warga yang jebol akibat banjir.

KabarSunda.com- Banjir melanda sejumlah titik di Kota Bandung, Jumat (24/1/ 2025).

Setidaknya ada 8 titik bencana yang terjadi sepanjang sore.

Kepala Bidang Penanggulangan Bencana pada Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, Drs Dian Rudianto M Si mengatakan, pasukan yang diterjunkan ke 8 lokasi bencana.

Dian mengatakan, petugas baru mampu menjangkau delapan lokasi.

Tidak menutup kemungkinan masih banyak yang belum  terdata.

“Mohon sabar, karena Kejadian cukup banyak jadi belum seluruh terjangkau termasuk banjir di RW 07 yang merendam pemukiman,” ujarnya.

Dian juga belum mendata apakah ada korban atau jumlah pengungsi

“Mohon waktu. Belum ada info hasil kaji cepat di lapangan, jumlah pengungsi atau jatuh korban, ” tulis Dian.

Sementara Walikota Bandung terpilih, Muhammad Farhan, mengungkap persoalan yang membuat puluhan jiwa di Kelurahan Arjuna, terdampak banjir akibat meluapnya Sungai Citepus.

Peristiwa itu terjadi pada Jumat (24/1/2025) malam.

Farhan mengatakan, banjir baru terjadi di Kota Bandung sekitar 1990.

Dia mengatakan itu setelah meninjau rumah warga yang jebol akibat luapan Sungai Citepus, di RT 01 RW 08, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Sabtu (25/1/2025).

“Waktu kami kecil di Bandung, tidak mengenal kata banjir sampai tahun 1990-an. Kenapa tahun 1990-an ada kata banjir, karena (kolam) retensi jadi perumahan. Sekarang enggak ada kolam retensi di Kota Bandung, makanya banjir,” ujar Farhan.

Satu solusinya, kata dia, kolam retensi harus dibuka dan dibangun saluran air bawah tanah.

“Artinya sekarang mau tidak mau kita harus mulai betul-betul memikirkan membangun saluran air di bawah tanah. Apapun itu istilahnya. Hidrologinya harus ke bawah karena air permukaan sudah tidak mungkin bersaing dengan pertumbuhan jumlah penduduk,” katanya.

Menurutnya, hujan deras yang terjadi pada Jumat (24/1/2025), itu membuat Sungai Citepus meluap hingga menghancurkan rumah warga yang berada di bantaran sungai.

“Itu kejadiannya malam, ketinggiannya sampai tiga meter. Baru surut jam satu malam (dini hari). Jadi pendataan baru dilakukan hari ini,” katanya.

Puluhan warga yang terdampak, kata dia, mengungsi ke rumah tetangga dan saudaranya.

“Sekarang mau buatkan posko, tapi kita akan koordinasi dengan keluarganya karena beberapa ada yang memilih tinggal ke rumah saudaranya,” ucapnya.

Luapan Sungai Citepus yang terjadi kemarin merupakan terparah. Sebelumnya, kata dia, pernah terjadi pada 2020, namun dampaknya tidak separah sekarang.

“Sekarang memang terparah. Ketinggian air bisa sampai tiga meter,” katanya.

Data daerah-daerah yang terdampak bencana pasca-hujan deras:

Banjir Bandang

  1. Jalan Pesantren Babakan Ranca Herang RT 02 RW 04 Kel. Sukawarna Kecamatan Sukajadi.

Banjir

  1. Jalan. Astana Anyar Gg. Tresna Asih RT 02 RW 02 & RW 07 Kel. Cibadak Kec. Astana Anyar
  2. Jalan Jurang Gg. Mama Ruka Kel. Pasteur Kec. Sukajadi

Kirmir Ambruk/Jebol

  1. RW 03,04,05 Sungai Cikalintu Kel. Pasteur Kec. Sukajadi
  2. Jalan  Bima (Sebelah Masjid Nurul Huda) RT 01 RW 08 Kel. Arjuna Kec. Cicendo

Personil Lapangan :

  1. Jalan Astana Anyar RT 05 & RW 08

Rumah Jebol/Tergerus Arus Sungai

  1. RT 02 RW 06 (Sungai Cibereum) Kel. Maleber Kec. Andir
  2. Jalan. Astana Anyar RT 01 RW 08

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *