KabarSunda.com-Calon gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengungkapkan ambisinya untuk meraih 80 persen suara dalam pemilihan gubernur (Pilgub) mendatang. Dalam berbagai kesempatan, Dedi menegaskan bahwa pencapaian ini bukan hanya sekadar angka, tetapi merupakan wujud dukungan masyarakat terhadap program dan visi yang diusungnya.
Dedi menjelaskan, untuk mencapai target tersebut, ia akan fokus pada kampanye yang berbasis pada kebutuhan masyarakat. “Kami akan mendengarkan langsung aspirasi warga dan menawarkan solusi konkret untuk setiap masalah yang ada,” ujar Dedi saat menggelar pertemuan dengan relawan di Bandung.
Selain itu, Dedi juga menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dengan pemilih, terutama generasi muda. Dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial, ia berharap dapat menjangkau lebih banyak kalangan dan meningkatkan partisipasi pemilih.
Strategi Dedi mencakup program-program unggulan di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Ia percaya bahwa dengan kerja keras dan sinergi bersama tim serta relawan, target 80 persen suara dapat tercapai.
Dedi Mulyadi berkomitmen untuk mengoptimalkan semua sumber daya yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita tersebut. Dengan dukungan yang solid dari masyarakat, ia yakin dapat membawa perubahan yang signifikan bagi Jawa Barat ke depannya.
Hasil survei elektabilitas pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan masih menduduki peringkat pertama. Kini, Dedi Mulyadi-Erwan punya ambisi baru yakni menembus suara 80% pemilih dalam Pilgub Jabar 2024.
Paslon nomor urut 4 ini sepertinya cukup percaya diri, mengingat hasil survei menunjukkan elektabilitasnya mencapai 75,7%. Kini tinggal sebulan lagi jelang masa tenang, Dedi Mulyadi mengaku tak punya strategi khusus yang muluk-muluk. Ia yakin bahwa masyarakat dapat menilai apa yang mereka saksikan di media sosial.
“Eranya sudah digital, kan kita bisa tahu perkembangan medsos setiap hari. Hal-hal kemanusiaan yang viral selalu terjadi, itu bukan dibuat-buat, itu terjadi secara alamiah,” ucap Dedi Mulyadi.
Sebab, kata dia, di era digital saat ini kampanye melalui media sosial sangat efektif untuk menggaet pemilihnya.
Dedi Mulyadi pun tak ambil pusing dengan cibiran pendukung pihak lawan yang menyebut dirinya sebagai cagub konten kreator. KDM mengaku sudah memanfaatkan media sosial untuk mendokumentasikan kegiatannya sejak menjadi anggota DPR RI.
“Sebetulnya Dedi Mulyadi bukan cagub konten kreator, tapi Dedi Mulyadi adalah cagub kreatif yang bisa memanage politik secara baik dengan biaya yang sangat murah,” katanya.
Bahkan, kata KDM, saat ini banyak calon yang juga ikut-ikutan memanfaatkan medsos seperti dirinya. Bedanya calon lain memakai konsultan sementara ia jalan secara ilmiah mengikuti rasa.
Dedi Mulyadi masih mengandalkan kemampuannya untuk menemui masyarakat dari rumah ke rumah di berbagai wilayah Jabar. Sementara pasangannya, Erwan, diminta untuk fokus di daerah asalnya seperti Cimahi dan Sumedang.
“Saya setiap hari nggak pernah berhenti berkeliling, tiap hari saya datang untuk memenuhi undangan warga ya saya datang untuk menemuinya. Tim dan para saksi sudah terbentuk dan mulai bekerja,” sambung dia.
Dalam beberapa kesempatan, Dedi Mulyadi alias Demul memang kerap curhat soal tantangan yang dihadapinya selama nyalon Kepala Daerah. Seperti diketahui, arena Pilgub Jabar bukan jadi pengalaman pertama bagi Demul.
Menurutnya, tantangan politik terbesar hari ini bukan memperjuangkan popularitas atau elektabilitas, namun bersinggungan dengan entitas pikiran ideologi yang disebutnya harkat martabat orang Sunda.
“Saya memperjuangkan itu dari sebuah penghinaan. Tidak akan ada kebesaran sebuah bangsa, kebesaran sebuah wilayah rakyatnya, kalau sudah dari awal ideologinya terpinggirkan. Jadi saya harus siap hadapi gelombang serangan ideologi,” ucap Dedi Mulyadi.
Demul sedikit menyinggung soal adanya konten yang mengarahkan pada politik identitas. Ia menyebut beberapa sentimen bersifat personal diarahkan padanya.
“Hal yang bersifat keyakinan individual itu tidak ada kaitannya dengan konstitusi dan itu tidak ada kaitannya dengan pembangunan. Yang dibutuhkan masyarakat itu pemaknaan, pengamalan dari ‘Innas shalata tanha ‘anil fahsyai wal munkar’, itu yang harus diterima oleh masyarakat,” ucap Dedi Mulyadi.
Menurutnya, kini semua fokus harus dikembalikan lagi pada kepentingan masyarakat. Bagaimana sebagai pemimpin dapat mengatasi kemiskinan, membangun infrastruktur, menyediakan sekolah, lapangan pekerjaan, hingga rumah bagi warganya.
“Sebelum saya mendaftar menjadi calon gubernur dan berpasangan dengan Kang Erwan, survei saya di 80,1%. Artinya, ada kepercayaan publik yang sangat tinggi selama itu. Apakah kepercayaan publik itu diorganisir? Tidak, itu lahir secara alamiah dari tindakan yang tidak pernah takut berpihak pada orang miskin,” ucap Dedi Mulyadi.