kabarsuda.c0m– China telah menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi yang sangat besar di dunia, dan dikenal karena produk-produknya yang sangat terjangkau. Keunggulan ini sering kali membuat para pelaku usaha di negara lain, termasuk di Indonesia, merasa terancam.
Salah satu contohnya adalah para pengrajin sepatu kulit dari Cibaduyut, yang kini telah memiliki reputasi di pasar internasional. Meski begitu, mereka harus bersaing keras dengan produk-produk murah yang diproduksi secara massal oleh pabrik-pabrik di China.
Rendahnya harga produk China membuat banyak pelaku usaha global harus memutar otak untuk tetap bertahan. Hal ini dirasakan pula oleh pengrajin sepatu kulit di Cibaduyut, yang tidak hanya bersaing di tingkat lokal tetapi juga di pasar global.
Namun, di tengah ketatnya persaingan, para pengrajin sepatu Cibaduyut tetap optimis dan terus berinovasi. Salah satu Ketua Komunitas Pengrajin Sepatu Kulit Cibaduyut, Rudiana, mengungkapkan bahwa mereka memiliki strategi untuk tetap bertahan dan bersaing dengan produk China.
Strategi Pengrajin Sepatu Cibaduyut untuk Bertahan
Rudiana menjelaskan bahwa jika China mampu menawarkan produk dengan harga yang sangat murah, maka para pengrajin Cibaduyut juga bisa melakukan hal serupa, tanpa mengorbankan kualitas.
Salah satu siasat yang digunakan adalah memanfaatkan limbah kulit untuk menghasilkan produk-produk tambahan seperti suvenir. Dengan cara ini, mereka dapat menekan biaya produksi tanpa harus menurunkan kualitas bahan utama, yaitu kulit asli.
“Kita bisa ikuti dengan mematok harga yang murah dan tetap memanfaatkan bahan kulit berkualitas, dengan memanfaatkan limbah kulit sebagai bahan pembuatan souvenir,” jelasnya.
Selain itu, menurut Rudiana, tantangan terbesar yang dihadapi oleh para pengrajin Cibaduyut bukan hanya masalah produksi, tetapi juga pemasaran. Produksi sepatu kulit dapat berjalan lancar setiap hari, tetapi tidak semua produk yang dihasilkan dapat langsung terjual.
Banyak pengrajin yang mampu membuat produk berkualitas tinggi, tetapi terhambat dalam hal memasarkan produk mereka secara luas.
Tantangan Pemasaran dan Harapan dari Wisata Kreatif Cibaduyut
Rudiana berharap, dengan dijadikannya Sentra Sepatu Kulit Cibaduyut sebagai Kampung Wisata Kreatif (KWK) oleh Pemerintah Kota Bandung, promosi produk sepatu kulit lokal dapat lebih masif dan efektif.
Menurutnya, geliat wisata di kawasan Cibaduyut sudah mulai bangkit kembali setelah sempat terpuruk akibat pandemi.
“Sekarang wisata sudah berangsur ada lagi, Cibaduyut juga sudah perlahan kembali lagi macet, karena kalau tidak macet berarti tidak ada pengunjung,” ujarnya.
Macetnya kawasan tersebut menjadi indikasi bahwa pengunjung mulai berdatangan kembali untuk berbelanja produk-produk kulit Cibaduyut.
Rudiana juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah dalam bentuk pelatihan dan pameran bagi para pengrajin. Ia berharap Pemkot Bandung terus menggencarkan promosi serta memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan para pengrajin.
Ia optimis bahwa dengan adanya bantuan promosi dan peningkatan kualitas melalui pelatihan, pengrajin kulit Cibaduyut dapat kembali berjaya seperti dulu.
“Semoga pengrajin kulit Cibaduyut bisa jaya kembali,” harapnya.
Wisata Edukasi: Menarik Minat Pengunjung Lewat Proses Pembuatan Produk
Selain upaya promosi dari pemerintah, Rudiana dan komunitasnya juga telah berinovasi dengan memperkenalkan program wisata edukasi sebagai daya tarik tambahan bagi wisatawan. Mereka bekerja sama dengan sejumlah agen perjalanan untuk menawarkan pengalaman edukatif tentang proses pembuatan produk kulit.
Pengunjung tidak hanya bisa berbelanja, tetapi juga belajar mengenai bagaimana produk kulit dibuat, mulai dari pemilihan bahan hingga proses finishing.
Rudiana menyebutkan bahwa program ini cukup efektif dalam menarik minat pengunjung, terutama dari luar negeri. Salah satu contohnya, pengunjung dari Singapura yang awalnya hanya datang untuk berbelanja, akhirnya tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang proses pembuatan sepatu kulit di Cibaduyut.
“Kemarin ada (pengunjung) dari Singapura, mereka memang niatnya mau belanja tapi mereka ingin tahu cara pembuatannya sampai di video, foto. Setelah itu mereka bisa tau kenapa produk kulit itu mahal, karena cara pembuatan dan prosesnya cukup lama dan sulit,” jelasnya.
Penurunan Jumlah Pengrajin Kulit Cibaduyut
Namun, meski banyak upaya yang telah dilakukan, tantangan yang dihadapi para pengrajin Cibaduyut tetap berat. Rudiana mengungkapkan bahwa jumlah pengrajin kulit yang masih aktif saat ini menurun drastis.
Dari sekitar dua ribu pengrajin kulit di Kota Bandung, kini hanya tersisa ratusan pengrajin yang masih bertahan. Di Cibaduyut sendiri, yang dulunya dikenal sebagai pusat pengrajin sepatu kulit, saat ini hanya ada sekitar 70-80 pengrajin yang masih aktif. Banyak di antara mereka yang terpaksa beralih profesi, bahkan ada yang beralih menjadi penjual kopi atau makanan.
Dominasi Produk China di Pasar Global
China terus mendominasi pasar global dengan beberapa strategi yang unik. Salah satu kekuatan utama China adalah kemampuannya menawarkan produk dengan harga sangat murah. Dalam sektor e-commerce, China melalui platform Alibaba telah menguasai 60 persen pangsa pasar global.
Sosial media asal China, seperti TikTok, juga memiliki basis pengguna terbesar kedua di dunia. Ini menunjukkan betapa besar pengaruh ekonomi dan budaya China dalam dunia perdagangan internasional.
Produk-produk China dikenal murah, namun strategi ini berhasil menempatkan negara tersebut sebagai pemimpin di banyak sektor manufaktur. Bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, produk murah dari China menjadi tantangan besar.
Akan tetapi, bagi para pengrajin sepatu kulit Cibaduyut, tantangan ini justru menjadi motivasi untuk terus meningkatkan daya saing, baik dari segi kualitas maupun harga.