KabarSunda.com- Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Jawa Barat (Jabar) mengingatkan masyarakat akan potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi di wilayah tersebut.
Hujan lebat dan angin kencang diperkirakan masih berpeluang terjadi, sehingga masyarakat diminta untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu menjelaskan, berdasarkan pemantauan kondisi dinamika atmosfer terkini, terdapat beberapa fenomena atmosfer yang mendukung potensi hujan ringan hingga lebat di Jabar.
Salah satu fenomena tersebut adalah aktifnya La Nina, yang diperkirakan akan berlangsung mulai akhir 2024 hingga April 2025, meningkatkan potensi hujan lebih tinggi dari biasanya.
“Selain itu, angin monsoon baratan yang membawa uap air telah mendominasi Pulau Jawa, serta didukung kondisi labilitas lokal di Jawa Barat yang semakin memperkuat peluang terjadinya hujan,” ungkap Teguh melalui pesan singkatnya, Jumat (20/12/2024).
Teguh memprediksi musim hujan di Jawa Barat akan terjadi antara Desember 2024 hingga Februari 2025.
“Wilayah pesisir selatan Jawa Barat cenderung lebih awal mengalami intensitas hujan tinggi, sedangkan wilayah utara Jawa Barat diprediksi akan mencapai puncaknya pada awal tahun 2025,” tambahnya.
Selama periode musim hujan ini, Teguh mencatat, intensitas hujan biasanya berlangsung dalam durasi cukup lama.
Meskipun beberapa model cuaca belum menunjukkan adanya potensi cuaca ekstrem menjelang Nataru, Teguh tetap mengingatkan agar masyarakat tetap waspada.
“Meskipun demikian, potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai petir, kilat, dan angin kencang dalam skala lokal tetap berpeluang terjadi di bulan Desember dan Januari, termasuk selama periode Nataru,” jelasnya.
Menyikapi situasi ini, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap peningkatan curah hujan yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti genangan, banjir, tanah longsor, hingga potensi angin kencang.
Teguh menyarankan agar langkah antisipasi, seperti membersihkan saluran air dan lingkungan, dilakukan untuk mengurangi risiko banjir.
Selain itu, masyarakat juga disarankan untuk menyiapkan tas bencana sebagai bentuk mitigasi dini.
“Diimbau untuk mewaspadai potensi hujan yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan genangan air, terutama di wilayah rawan,” tutup Teguh.