KabarSunda.com- Calon gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sebentar lagi menduduki kursi Gubernur Jabar. Dia bersama pasangannya Erwan Setiawan sukses meraih suara terbanyak pada Pilkada Serentak 2024 yang digelar pada Rabu, 27 November. Mereka mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jabar pada hari pertama pendaftaran 27 Agustus 2024.
Pasangan Dedi-Erwan diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Partai Gerindra, Golkar, Demokrat, PSI, PBB, Ummat, Hanura, Perindo, PKN, Prima, Garuda, Gelora, dan Buruh. Erwan merupakan politikus Partai Demokrat yang berpindah ke Partai Golkar.
Pawai budaya yang meriah mengiringi pendaftaran pasangan Dedi-Erwan. Mereka berangkat dari Lapangan Sidolig menuju kantor KPUD Jabar dengan mengendarai kuda. Kehadiran Umuh Muchtar sebagai pendamping juga semakin menambah kemeriahan pendaftaran Dedi-Erwan.
Dedi menegaskan dirinya menolak politik identitas dan mengaku sebagai korban kampanye politik identitas.
“Saya tidak pernah menggunakan isu politik identitas, tapi saya menjadi korban dari kampanye politik identitas,” ucap Dedi Mulyadi, setelah menyerahkan berkas pendaftaran.
Dedi Mulyadi dikenal sebagai politisi yang merakyat. Dia sangat peduli dengan masyarakat miskin. Dedi Mulyadi lahir pada 11 April 1971 di Kabupaten Subang, Jawa Barat, merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara.
Ayahnya seorang pensiunan Tentara Prajurit Kader yang berkiprah hingga usia 28 tahun, dan ibunya seorang aktivis Palang Merah Indonesia (PMI), Karsiti.
Dedi Mulyadi yang akrab disapa Demul menghabiskan masa kecilnya hingga menamatkan sekolahnya di jenjang SMA di kota kelahirannya, Subang, Jawa Barat. Kemudian, Dedi melanjutkan pendidikan tingginya di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Purnawarman Purwakarta dengan gelar Sarjana Hukum (1999).
Dedi menikah dengan Sri Muliawati pada 1998, dan dikaruniai seorang anak bernama Maulana Akbar Ahmad Habibie. Namun, saat Maulana berusia tiga bulan, ibunya meninggal dunia.
Pada 2003, Dedi menikah dengan Anne Ratna Mustika, Mantan Mojang Purwakarta dan juga keponakan dari Bunyamin Dudih, Bupati Purwakarta 1993-2003.
Dari pernikahannya itu dikaruniai dua anak, yaitu Yudistira Manunggaling Rahmaning Hurip dan Hyang Sukma Ayu. Namun keduanya bercerai pada 22 Februari 2023.
Sebelum bergabung dengan Partai Gerindra, rekam jejak Dedi Mulyadi merupakan politisi Partai Golkar. Ia bergabung dengan Golkar sejak 1999 melalui pencalonan dirinya sebagai anggota DPRD Purwakarta sekaligus menjabat sebagai Ketua Komisi E DPRD Purwakarta 1999-2004.
Namun, pada 2003, ia mengundurkan diri dari tugasnya karena terpilih sebagai Wakil Bupati Purwakarta bersama Lily Hambali Hasan, Bupati Purwakarta 2003-2008.
Pada 2008, Dedi kembali mencalonkan diri sebagai Bupati Purwakarta bersama Dudung B Supardi, dan berhasil terpilih untuk masa jabatan 2008-2013.
Pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) berikutnya, Dedi kembali terpilih sebagai Bupati Purwakarta 2013-2018 bersama Dadan Koswara, Wakil Bupati Purwakarta.
Kariernya semakin cerlang hingga pada 2016 ia terpilih sebagai ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat 2016-2020.
Dedi juga pernah menjadi calon gubernur Jabar berpasangan dengan Deddy Mizwar pada Pilkada 2018, namun kalah dari pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.
Karier politik Dedi di Golkar berakhir. Ia memilih keluar ke Partai Gerindra pada 2023. Di Gerindra, ia langsung ditunjuk sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi pernah mengeluarkan kebijakan larangan berpacaran atau batas waktu kunjung pacar di atas jam 9 malam. Menurutnya pria dan wanita bukan muhrim jika berduaan pada malam hari, dan bagi yang ketahuan melanggar akan dinikahkan.
Menurut Dedi, kebijakan ini diberlakukan untuk menjaga moralitas anak-anak, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Setiap perbatasan desa juga dipasang kamera pengintai atau SSCV, dengan tujuan agar kebijakan ini dapat berjalan optimal jika polisi tidak melewati setiap perbatasan desa.
Selain itu, kebijakan jam malam untuk pelajar bertujuan untuk mengisi waktu kosong anak-anak dengan kegiatan yang lebih positif, misalnya mengaji. Meski banyak yang menilai kebijakan tersebut tidak efektif, Dedi tetap menjalankan kebijakannya itu.
Selama menjabat sebagai Bupati Purwakarta, Dedi juga banyak membangun patung-patung yang menurutnya sebagai estetika atau menambah keindahan Purwakarta.
Namun, pembangunan patung-patung ini banyak mendapat penolakan dari masyarakat. Masyarakat menilai adanya patung-patung ini sarat akan penyembahan berhala.
Dalam kanal YouTube Irfan Hakim, @deHakimStory, Dedi Mulyadi menyebut Indonesia masih kaku dalam menilai sebuah karya seni.
“Di Indonesia ini masih agak salah pemahaman deh, seni itu dianggap sesuatu yang terpisah dengan kehidupan. Padahal seni itu adalah bagian dari kehidupan,” ujar Dedi saat ditanya Irfan Hakim.
“Kalau agama itu kan hubungan personal/individual, antara manusia dengan Sang Maha Pencipta,” lanjut pemerhati budaya itu.
Dedi menambahkan pembangunan patung-patung pahlawan ini diharapkan mampu membangun rasa cinta masyarakat pada tokoh-tokoh pewayangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah masyarakat terlalu terpengaruh oleh budaya asing hingga melupakan warisan budaya sendiri.
Pernyataan Dedi Mulyadi membandingkan harga beras, skincare, dan barang elektronik pernah menjadi sorotan publik. Menurut dia, ketika harga beras naik masyarakat ribut seakan mau kiamat, tetapi harga skincare naik masyarakat tidak ada yang protes.
“Kalau harga beras naik, ribut, dunia serasa mau kiamat. Tapi kalau harga skincare naik yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan, diam-diam saja,” ucap Dedi Mulyadi, dalam video yang beredar pada Februari 2024.
Retaknya hubungan pernikahan Dedi Mulyadi dengan Anne Ratna sempat menjadi sorotan publik. Anne yang merupakan bupati Purwakarta 2018-2023 itu memutuskan mengajukan gugatan cerai pada September 2022.
Anne mengaku mendapat perlakuan kekerasan secara psikologis oleh Dedi. Dia menyebut Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan Dedi sudah berlangsung lama hingga habis batas kesabarannya.
Sedangkan, menurut pengakuan Ojat Sudrajat, kuasa hukum Dedi Mulyadi, Dedi ingin berdamai dengan istrinya. Ojat menyebut Dedi sempat meminta dirinya mencari jalan tengah agar rumah tangganya bersama Anne tetap utuh kembali.