KabarSunda.com– Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berencana menertibkan alih fungsi lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU) yang ditengarai sebagai penyebab banjir di Bandung Raya.
Menurut Dedi, banyaknya pembukaan lahan hutan menjadi perkebunan sayur yang tidak ramah lingkungan telah memperparah kondisi lahan kritis dan menyebabkan pendangkalan sungai.
“Penyebabnya pendangkalan sungai dan kerusakan hulu. Hutannya kan sudah jadi kebon sayur, kebon sayurnya menanam pakai plastik,” ujar Dedi saat ditemui di Cipatat, Bandung Barat, Rabu, 19 Maret 2025.
Dedi menegaskan akan melakukan penertiban seperti yang telah dilakukan di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.
“Saya akan beresin sama seperti (kawasan) Puncak, Bogor,” katanya.
Salah satu wilayah yang terdampak adalah Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Bandung Barat.
Luapan Sungai Cimeta merendam 25 rumah, diduga akibat berkurangnya daya resapan air di wilayah hulu, sehingga debit air yang mengalir ke sungai meningkat dan meluap ke pemukiman warga.
Zulkifli (58), warga Kampung Cibarengkok, RT 03 RW 13, Desa Nyalindung, mengaku banjir seperti ini baru terjadi dalam dua tahun terakhir.
“Hampir 60 tahun saya tinggal di sini, gak pernah ada banjir. Tapi dua tahun terakhir ini banjir jadi tiap tahun,” ujarnya.
Ia menduga faktor utama bencana ini bukan sekadar hujan deras, tetapi juga dampak dari alih fungsi lahan dan berbagai proyek pembangunan di daerah hulu.
“Saya duga ini akibat ada pengerasan di atas sana macam kereta cepat, jalan tol, dan pembangunan lain. Imbasnya penyerapan air berkurang,” kata Zulkifli.
Zulkifli berharap pemerintah tidak hanya menangani banjir secara parsial, tetapi juga melakukan intervensi melalui kebijakan untuk menertibkan alih fungsi lahan dan menormalisasi sungai.
“Harapan saya bagaimana di wilayah hulu pembangunan bisa dikendalikan. Agar warga yang tinggal di hilir gak menderita kena banjir,” tandasnya.