Sekda Jabar Beberkan Penyebab Banjir di Cimanggung Sumedang, Salah satunya karena Perumahan

Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat, Herman Suryatman, saat meninjau banjir di kawasan Kecamatan Cimanggung.

KabarSunda.com- Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat, Herman Suryatman, meminta Pemerintah Kabupaten Sumedang mengevaluasi lima perumahan di kawasan Kecamatan Cimanggung.

Diduga, pembangunan perumahan yang tidak sesuai dengan aturan tata ruang dan alih fungsi lahan menjadi penyebab banjir di Kecamatan Cimanggung pada Sabtu (15 Maret 2025).

“Dari Sidak lapangan di Cimanggung itu, ada kurang lebih lima perumahan yang kami minta evaluasi kemudian diingatkan agar semua taat pada aturan tata ruang harus menyiapkan ruang terbuka hijau,” ujar Herman di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin, 17 Maret 2025.

Selain itu, Herman juga telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum untuk menurunkan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) ke lokasi banjir untuk melakukan pendalaman dan langsung menegur pengembang perumahan terkait banjir ini.

Kemudian, Dinas Sumber Daya Air (DSDA) Jabar akan memasang kawat bronjong di sekitar sungai Kecamatan Cimanggung agar tidak terjadi longsor.

“Hari ini akan mulai dipasang bronjongnya. Itu penanganan yang pendek,” kata Herman.

Herman menyebut, ada 575 kepala keluarga atau 2.000 jiwa di empat desa yang terdampak banjir di Kecamatan Cimanggung.

Berdasarkan hasil tinjauan sementara, beberapa faktor yang menyebabkan banjir antara lain penyempitan Jembatan Pangsor akibat tumpukan sampah.

Kemudian, terjadinya pendangkalan dan penyempitan Sungai Cimande, serta alih fungsi lahan di bagian hulu.

“Penyempitan Jembatan Pangsor ini terjadi karena sampah yang menumpuk, lalu ada pendangkalan dan penyempitan Sungai Cimande. Selain itu, alih fungsi lahan di daerah hulu membuat aliran air semakin deras dari atas ke bawah, sehingga banjir tidak terhindarkan,” katanya.

Sebagai langkah penanganan darurat, Pemprov Jabar dan Pemkab Sumedang telah menurunkan alat berat untuk melakukan pengerukan sungai.

“Kami juga akan mengecek kondisi di hilir, di Rancaekek, apakah ada penyempitan yang menyebabkan fenomena back water, yakni air yang seharusnya mengalir malah berbalik akibat hambatan,” pungkasnya.