Dedi Mulyadi Larang Emak-emak Ngumpul di Sekitar Kelas, Minta Sekolah Tegas

Guibernur Jawa Barat Dedi Mulyadi

KabarSunda.com- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengeluarkan larangan terbaru untuk sekolah di Jabar.

Dedi Mulyadi menyoroti orang tua siswa yang kerap mengantar dan menunggu anak-anaknya di sekolah.

Ia mengatakan emak-emak tak boleh ngumpul di sekitar kelas anaknya selama proses belajar berlangsung.

Ia juga meminta sekolah tegas bahkan memasang pagar tinggi.

Apa alasannya? Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kembali menjadi perbincangan publik.

Kali ini, Dedi Mulyadi melarang ibu-ibu nongkrong hingga ngerumpi di depan kelas saat anaknya sekolah.

Gubernur Jabar itu menyoroti kebiasaan ibu-ibu tersebut lantaran dinilai membawa dampak negatif.

Dalam larangannya itu, Dedi Mulyadi meminta kepada para orang tua siswa khususnya ibu-ibu untuk tidak menjadikan sekolah sebagai tempat ngumpul.

Selama ini, kata dia, ibu-ibu yang antar anaknya ke sekolah kerap berkumpul di depan kelas.

Sejak pagi hingga jam pulang siswa, sekolah ini seakan-akan dijadikan tempat ngerumpi para ibu-ibu.

“Saya gak mau ke depan anak dianter oleh orang tuanya ke sekolah, orang tuanya ngumpul di depan kelas,” kata Dedi Mulyadi dalam unggahan media sosialnya, Minggu,16 Maret 2025.

Dia khawatir perkumpulan ibu-ibu ini bisa mengintervensi guru.

Sehingga nantinya menimbulkan keributan.

“Saling ngomongin, nanti bikin klub kelas mengintervensi gurunya, nanti ngatur, ribut,” kata Dedi.

“Awewe-awewe euweuh gawe sia teh, lain cicing di imah pasakeun salaki maneh, karah ngedeluk we nguruskeun budak di sakola (ibu-ibu gak punya kerjaan, bukannya diam di rumah masak buat suami, malah ngumpul di sekolah),” sambung Dedi.

Dedi meminta kepada orang tua untuk mempercayakan urusan pendidikan di sekolah kepada para guru.

Bahkan Dedi meminta sekolah agar memasang pagar yang tinggi dan dikunci gembok demi menghalau para ibu-ibu ngumpul di sekolah.

Dedi juga beralasan, ibu-ibu yang berkumpul ngerumpi di sekolah akan mengganggu proses pembelajaran siswa.

“Udah, sekolah itu udah urusan guru, nanti sekolahnya kasih pager yang tinggi, kasih gembok, gak boleh keluar selama pembelajaran,” katanya.

“Kolot nage teu meunang asup (orang tuanya juga gak boleh masuk), gak boleh lagi ada tumpukan motor di depan, suruh pulang. Karena apa ?, mengganggu,” sambung Dedi.

Dedi pun menyindir kebiasaan para emak-emak ketika berkumpul.

Dia khawatir terjadi pertengkaran antar ibu-ibu ketika mereka ngumpul di sekolah.

Karena menurutnya, pasti ada ibu-ibu yang merasa iri ketika melihat ibu-ibu lain mengenakan pakaian yang lebih bagus atau jadi ajang pamer.

Ketika hal itu terjadi, maka suaminya yang akan menjadi korban.

Ketika keuangan pas-pasan, akhirnya suami terpaksa meminjam uang lagi dan lagi.

“Unggal poe euweuh gawe tiisuk di sakola nungguan budakna (setiap hari gak ada kerjaan dari pagi nungguin anaknya),” kata Dedi.

“Nanti bertengkar, paalus-alus baju (saling pamer baju ). Siapa yang korban ?, salakina (suaminya). Kunaon ?, isukna nganjuk deui nganjuk deui, pamijakanna panas (Kenapa ?, besoknya minjem duit lagi dan lagi, karena istrinya panas),” ungkapnya.