KabarSunda.com- Patung penyu yang berada di Alun-alun Gado Bangkong di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, rusak. Bagian tempurung penyu tersebut bolong dan terlihat ternyata patung itu materialnya menggunakan kardus serta bambu.
Kerusakan tersebut disorot terutama karena narasi patung itu dibangun dengan biaya Rp 15,6 miliar.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Jabar, Indra Maha angkat bicara.
Indra menjelaskan, replika penyu raksasa di Alun–Alun Gadobangkong, Kabupaten Sukabumi biaya pembangunannya bukan Rp15,6 miliar seperti yang ramai di publik.
Menurutnya, anggaran Rp15,6 miliar atau tepatnya Rp15.679.756.800 dipergunakan untuk membangun keseluruhan kompleks alun–alun di pinggir laut.
Komponennya tidak hanya replika penyu saja, tapi juga mencakup sarana dan prasarana seperti selfie deck, leuit, gedung kuliner.
Anggaran Rp15,6 miliar juga dipakai untuk pekerjaan site development berupa plaza, jalan, area parkir, pedestrian, taman, saluran, signage alun-alun, dengan total luasan penataan mencapai 9.812 meter persegi.
Indra memastikan patung penyu terbuat dari bahan resin yang tidak murah, adapun bahan kardus dipakai untuk mencetak bentuk penyu dan bambu sebagai penahan.
“Jadi bukan terbuat dari kardus, tetapi kardus digunakan sebagai bahan pembentuknya saja,” ujar Indra Maha.
Replika penyu rakasasa dari resin tersebut rusak akibat ulah pengunjung yang naik duduk–duduk di atas bagian tempurung penyu, padahal sudah disediakan selfie deckdi bawah.
“Pada praktiknya penyu bukan hanya jadi objek foto saja tapi ada pengunjung berfoto sambil menduduki replika penyu tersebut sehingga rusak,” kata Indra.
Indra menjelaskan, Alun–alun Gadobangkong sebetulnya sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor sejak lama.
Penataan telah melewati semua tahapan meliputi: perencanaan, pengadaan, konstruksi fisik, serah terima pertama, pertanggungjawaban pemeriksaan, pemeliharaan pascakonstruksi fisik, hingga serah terima akhir.
Pada Maret 2024, kata Indra, terjadi gelombang pasang yang menyebabkan area taman terendam banjir rob selama lima hari sehingga rusak.
Karena pada waktu bencana terjadi masih dalam masa pemeliharaan, kontraktor memperbaiki alun–alun, sampai akhirnya diserahterimakan dari Provinsi ke Pemda Kabupaten Sukabumi pada 12 September 2024.
Pascaramai di media sosial tentang replika penyu dari kardus seharga Rp15,6 miliar, Pemdaprov langsung berkoordinasi dengan Pemda Kabupaten Sukabumi.
Saat ini, kata Indra, pihak kontraktor sedang memperbaiki kerusakan pada replika penyu raksasa, sebagai bentuk rasa memiliki fasilitas tersebut.
“Mereka merasa bagian dari masyarakat Kabupaten Sukabumi,” tutup Indra.
Benarkah dari Kardus?
Ornamen penyu tersebut dibuat menggunakan resin dan fiberglass, material yang umum digunakan untuk patung dan ornamen luar ruangan karena daya tahannya terhadap cuaca ekstrem.
“Terkait kardus dan bambu yang terlihat dalam video yang beredar, kami tegaskan bahwa material tersebut bukanlah bagian dari struktur utama ornamen, melainkan hanya alat bantu dalam proses cetakan awal,” ujar Imran Firdaus, pihak kontraktor.
Secara logis, kata dia, jika ornamen ini benar-benar terbuat dari kardus, tidak mungkin bisa bertahan lebih dari satu tahun menghadapi hujan lebat, panas terik, dan kondisi pesisir yang ekstrem.
“Kami juga mengingatkan bahwa ornamen ini bukan untuk dinaiki oleh pengunjung. Sayangnya, banyak pengunjung yang memanjat dan berswafoto di atas ornamen ini, sehingga menyebabkan tekanan berlebih yang mempercepat kerusakan,” katanya.