Budaya  

Sejarah Tahu Sumedang: Dari Tanah Jawa hingga Menyentuh Sulawesi

Tahu Sumedang (int)

KabarSunda.com- Tahu Sumedang, salah satu kuliner khas dari daerah Sumedang, Jawa Barat, kini telah merambah hingga ke Sulawesi. Makanan ini tidak hanya menjadi ikon kuliner Jawa Barat, tetapi juga semakin dikenal di berbagai daerah di Indonesia.

Asal Usul Tahu Sumedang

Tahu Sumedang memiliki sejarah yang panjang, berasal dari kota Sumedang yang terkenal dengan produksi tahu berkualitas tinggi. Proses pembuatan tahu di daerah ini sudah ada sejak abad ke-19. Para pengrajin tahu menggunakan resep tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, menghasilkan tahu yang memiliki tekstur lembut dan rasa yang khas.

Tahu Sumedang terkenal karena keunikannya, yakni tahu yang digoreng dengan cara khusus hingga renyah di luar tetapi tetap lembut di dalam. Biasanya disajikan dengan sambal atau bumbu kacang, tahu ini menjadi favorit banyak orang, baik sebagai camilan maupun lauk pendamping.

Tahu, yang terbuat dari kedelai, merupakan kuliner yang diadaptasi dari budaya Tionghoa. Sejarah tahu Sumedang tidak bisa dilepaskan dari sosok Ong Kino, seorang pendatang asal Tiongkok yang tiba di Sumedang pada awal 1900-an. Menurut Khair & Fathy (2021) dalam “Tahu Sejarah Tahu Sumedang,” Ong Kino, atau yang lebih dikenal sebagai Babah Eno, awalnya membuat tahu untuk konsumsi pribadi serta sebagai hantaran bagi komunitas Tionghoa dan penduduk asli di Sumedang.

Resep tahu Babah Eno ternyata disukai banyak orang, mendorongnya untuk membuka usaha tahu putih khas Tiongkok yang diolah dengan cara direbus. Namun, usaha tersebut tidak mendapatkan sambutan hangat. Karena bisnisnya kurang berhasil, Ong Kino dan istrinya akhirnya memutuskan untuk kembali ke Tiongkok.

Inovasi yang Membawa Kesuksesan

Meski usaha tahu Babah Eno sempat meredup, putranya, Ong Bung Keng, datang dari Tiongkok pada tahun 1917 untuk mengambil alih bisnis sang ayah. Ong Bung Keng melakukan inovasi dengan menambahkan cengek (cabai rawit) ke tahu buatannya agar lebih sesuai dengan selera masyarakat lokal yang menyukai makanan pedas. Tidak hanya itu, ia juga mengubah cara pengolahan tahu menjadi lebih renyah di luar namun tetap lembut di dalam. Inovasi ini terbukti sukses dan membuat tahu tersebut digemari banyak orang.

 Makanan yang Memikat Pangeran Sumedang

Pangeran Soeriaatmadja, Bupati Sumedang saat itu, mencicipi tahu buatan Ong Bung Keng ketika melintas di depan kiosnya. Sang pangeran terkesan dengan rasa tahunya dan berkomentar bahwa makanan ini pasti akan laku keras jika terus dijual. Dukungan ini memberikan motivasi besar bagi Ong Bung Keng untuk terus mengembangkan usahanya. Dari sinilah nama “Tahu Bungkeng” lahir, yang kemudian menjadi cikal bakal dari Tahu Sumedang yang kita kenal sekarang.

Pabrik dan gerai pertama Tahu Bungkeng masih beroperasi hingga kini di Jalan 11 April No.53, Kabupaten Sumedang, dan tetap menjadi destinasi kuliner yang wajib dikunjungi bagi para pencinta tahu.

Keunikan Tahu Sumedang yang Tak Tergantikan

Tahu Sumedang memiliki ciri khas yang membuatnya berbeda dari tahu lainnya. Tahu ini berbentuk kotak dengan tekstur luar yang renyah dan warna kecokelatan. Bagian dalamnya harus berisi dan tidak kopong, memberikan sensasi lembut dan gurih saat digigit. Kombinasi tekstur inilah yang menjadi daya tarik utama Tahu Sumedang.

Untuk menikmati tahu Sumedang dengan lebih lezat, biasanya disajikan dengan sambal kecap, sambal tauco, atau sambal khas lainnya yang menambah cita rasa gurih dan pedas. Popularitas tahu ini membuat banyak kios tahu Sumedang bermunculan dan menjadi oleh-oleh favorit bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Penyebaran ke Sulawesi

Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin tingginya minat masyarakat terhadap kuliner, Tahu Sumedang mulai merambah ke berbagai daerah, termasuk Sulawesi. Banyak pengusaha kuliner di Sulawesi yang melihat potensi bisnis dari makanan ini dan mulai menjual Tahu Sumedang, baik dalam bentuk kemasan maupun di restoran.

Kepopuleran Tahu Sumedang di Sulawesi tidak lepas dari upaya promosi melalui berbagai festival kuliner dan media sosial. Para penggemar kuliner di sana kini dapat menikmati cita rasa Tahu Sumedang tanpa harus bepergian jauh ke Jawa Barat.

Keterikatan Budaya

Kehadiran Tahu Sumedang di Sulawesi juga mencerminkan keterikatan budaya antara daerah. Makanan ini tidak hanya menjadi simbol kuliner, tetapi juga menjadi jembatan antara masyarakat dari dua pulau yang berbeda, mempererat hubungan antarbudaya.

Dengan demikian, Tahu Sumedang bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang terus berkembang dan menyatukan masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *